Sabtu, 17 November 2012

If i told you 4



Chapter 4


Dua minggu sudah berlalu dan Maya masih belum bisa memahami perasaan Akoya, “Kira-kira apa ya yang dirasakan Akoya? Bagaimana ia menghadapi kenyataan bahwa cinta mereka tidak bisa bersatu, cinta yang tidak bisa memiliki..Hufft... ”  desahnya berat dan menyandarkan tubuhnya pada pagar pembatas jembatan penyeberangan “Apakah Akoya sedih, marah atau kecewa?” Hari ini dia dimarahi Pak Kuronuma untuk yang kesekian kalinya, karena aktingnya yang belum maksimal banyak adegan yang harus diulang sehingga menganggu jadwal latihan pemain yang lain. Matanya menatap kosong kendaraan yang lalu lalang dibawahnya. Lalu lintas sore itu padat, semua orang ingin segera sampai rumah setelah seharian berkutat dengan pekerjaan yang sangat menyita waktu.

Maya memandang sekilas jam besar dipuncak sebuah gedung bertingkat “Sudah malam..” gumamnya sambil beranjak dari pagar lalu meyeret kakinya pelan, dulu dia pernah mengalami hal serupa, saat itu liputan tentang latihan Ayumi menjadi berita hangat diseluruh Jepang. Bidadari Merah Ayumi sangat anggun dan cantik, semua menilai bahwa Ayumilah yang pantas mendapatkan peran itu. Hal itu membuat Maya semakin tidak percaya diri, perbedaan akting mereka sangat jauh. Hingga akhirnya Masumi Hayami harus turun tangan langsung memberinya semangat untuk memerankan bidadari merah dengan caranya sendiri. Masih jelas di ingatan Maya kejadian waktu itu, Masumi menyeretnya keatas jembatan Asahi ditengah hujan deras, lalu menyuruhnya berakting menjadi Bidadari Merah, dan Maya tidak bisa. Sama seperti yang dialaminya sekarang, dia belum mengerti perasaan Akoya. Bagaimana ekspresi Akoya saat harus berpisah raga dengan Isshin, bahwa pada akhirnya cinta mereka tidak bisa bersatu, tidak bisa memiliki satu sama lain.

Tiba-tiba langkahnya terhenti saat melewati etalase toko elektronik yang  display tv-nya menayangkan sebuah berita infotainment. Sosok yang ada dalam berita itu adalah sosok yang merajai pikiran dan hatinya beberapa hari terakhir ini "Pak Masumi.." bisiknya. Dalam tayangan itu tampak cuplikan gambar Masumi dan Shiori sedang menghadiri sebuah pesta, atau premier sebuah film. Mereka berdua tampak sangat serasi, pasangan yang sudah matang secara umur dan financial, si pria tampan, pintar, sukses, berwibawa dan tentu saja kaya, pasangannya cantik, pintar, lemah lembut, dan satu-satunya pewaris kerajaan bisnis Takamiya, benar-benar membuat iri semua orang.

"Kami bangga sekali terpilih menjadi wedding organizer dari pernikahan agung dua raksasa bisnis di negeri ini" kata seorang pria di tv itu, "Kapan pernikahannya akan dilangsungkan? " tanya si reporter.
"Kami tidak berwenang memberi tahu tanggal pernikahannya, yang pasti tidak akan lama lagi"
Jawab pria tadi, kemudian tayangan berganti pada berita infotainment seorang artis pendatang baru yang terkena skandal foto-foto koleksi pribadinya yang beredar di dunia maya.

Maya terbelalak, "pernikahan, tidak lama lagi?!" jantungnya seolah berhenti berdetak "Pak Masumi akan menikah dengan nona Shiori?!" Maya menelan ludahnya..pahit. "Dasar bodoh, kau pikir kau siapa Maya? Tentu saja Pak Masumi akan menikah dengan nona Shiori, mereka kan sudah bertunangan" kata suara dalam hatinya. Air matanya merebak, mendesak untuk keluar dari mata indahnya, dan tanpa permisi perasaan hampa memeluk hatinya, menusuk jiwanya pelan tapi pasti..pedih. Kakinya melangkah tak tentu arah, beberapa kali dia menabrak orang didepannya.

Otak dan batinnya berperang antara mau percaya atau tidak dengan berita yang baru saja didengarnya. "Maya...kau mau kemana?" tiba-tiba sebuah suara yang sangat dikenalnya mengejutkannya, Maya mencari sumber suara itu "Reiii...apa yang kau lakukan disini?" tanyanya pada gadis maskulin yang berdiri tepat dihadapannya. "Hellooo..seharusnya aku yang tanya begitu, dan pertanyaanku tadi belum kau jawab..kau mau kemana?" kata Rei geregetan. "Tentu saja aku mau pulang." jawab Maya tanpa merasa bersalah berusaha menutupi perasaannya yang gelisah, "Pulang? Kalau yang kau maksud adalah pulang ke apartemen, itu sudah lewat satu blok dari tempat kita berdiri sekarang" sahut Rei datar. Maya terbelalak kemudian celingak-celinguk melihat sekelilingnya, dan ternyata benar dia sudah melewati apartemennya. "hehe..kok bisa sihhhh?" sahutnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. "Dasar!! kau pasti melamun lagi, Ayo kita pulang!" Rei menggandeng tangan Maya dan menyeretnya, tidak mempedulikan Maya yang meringis kesakitan "Reeiii sakit tauuuu!!!" protesnya sambil berjalan terseok mencoba mengimbangi langkah kaki Rei yang lebar, perhatiannya teralihkan dari berita itu untuk sesaat.

Sesampainya di apartemen Rei langsung bersiap-siap membuat makan malam untuk mereka berdua, Maya membantunya tapi malah merepotkannya. "Lebih baik kau siapkan meja dan piring saja daripada membuat masakanku berantakan" kata Rei sambil mengambil alih pisau yang dipegang Maya, saat itu dilihatnya mata Maya berkaca-kaca. "Maya...kau baik-baik saja?" tanyanya  cemas, Maya buru-buru menyeka air matanya "aduhhh gara-gara bawang ini aku jadi nangis deh" elaknya "aku ambil tissue dulu ya Rei" seraya menghindar.

Beberapa saat kemudian, "Maya...ayo kita makan!" Rei melongok kedalam kamar, dilihatnya Maya duduk termenung, matanya menatap kosong keluar jendela. "Maya...kau kenapa?" Rei makin khawatir, tapi dia tidak mau menganggunya, ditinggalkannya Maya sendirian di kamar. “Pasti dia akan cerita..” batinnya kemudian kembali ke ruang tengah, disiapkannya makan malam untuk Maya, “Barangkali nanti dia mau makan..” pikir Rei, walaupun dia tahu kalau Maya tidak akan makan.
 
"Ulang!!! Apa-apaan ini?! Bukannya makin baik ini malah makin buruk." Teriakan Pak Kuronuma memenuhi ruang latihan, lagi-lagi Maya kena damprat hari ini. Entah sudah berapa kali mereka mengulang adegan yang sama, selalu begitu setiap hari sejak penayangan berita di tv itu. Maya sudah seperti zombie, wajahnya tirus dengan lingkaran hitam disekitar matanya efek tidak bisa tidur setiap malam dan latihan yang keras siang harinya. "Plakkk!!! Jangan melamun ditengah latihan!" Pak Kuronuma melempar Maya dengan buku naskahnya, "Kau masih ingin menjadi Bidadari Merah atau tidak? Jangan main-main, latihan kita hari ini dilihat ketua dewan persatuan drama!" Pak Kuronuma menatap tajam kearah Maya, kesabarannya sudah hampir habis. Melamun ditengah latihan adalah kesalahan fatal, benar-benar menyinggung perasaannya sebagai seorang sutradara profesional.

"Siapa?! Ketua dewan persatuan drama??? Jangan-jangan.. Dia juga...???" Sontak Maya mencari sosok itu, dan tepat sekali dugaannya dipinggir ruangan berdiri seorang pria dengan mengenakan setelan abu-abu tua yang simple tapi elegan sedang menatap kearahnya menemani sang ketua dewan yang duduk tenang disampingnya. Mata mereka bertemu dan waktu serasa berhenti. "Ya Tuhan..sejak kapan dia disana? Apakah dia melihat semuanya? Tidak...ini tidak boleh terjadi" Maya tercekat dilanda panik, dia tidak ingin pria itu melihat aktingnya yang memburuk, dia tidak ingin mengecewakannya..penggemar yang paling dia sayangi di seluruh dunia.

"Pak Kuronuma, apa tidak sebaiknya kita istirahat dulu?" Koji menengahi, dia kasihan melihat teman-temannya yang lemas, terlebih lagi keadaan Maya yang memprihatinkan. Koji sudah mulai berbaikan dengannya, setelah beberapa waktu menghindari Maya akhirnya dia menyerah. Pada akhirnya cinta selalu mengalahkan segalanya, lagipula alasan dia mendiamkan Maya tidak cukup kuat, mereka toh tidak terikat sebuah komitmen, jadi Maya berhak untuk memeluk laki-laki manapun yang dia suka, jika itu alasannya dia mendiamkan Maya, kalau soal dia mengalami kecelakaan rasanya terlalu berlebihan jika menyalahkan Maya, itu kan karena dia yang tidak hati-hati mengendarai sepeda motornya. Koji jadi malu sendiri jika ingat kekonyolannya.

Seolah disadarkan, Pak Kuronuma pun melihat sekelilingnya para pemain bermandikan peluh dan terduduk lemas dilantai. "Baiklah yang lain boleh istirahat 10 menit, tapi kau tetap disini!" katanya sambil menunjuk Maya yang masih tampak syok karena melihat orang yang paling dia sayangi berdiri sangat dekat untuk bisa mendengar degup jantungnya yang tidak beraturan.
Terdengar hembusan nafas lega dari para pemain yang lain, mereka segera menghambur keluar ruang latihan sebelum Pak Kuronuma berubah pikiran.

"Ada apa ya dengan Maya? Biasanya aktingnya bagus, tapi kali ini aktingnya benar-benar mengecewakan, gara-gara dia latihan kita jadi berantakan, padahal aku ada janji dengan sepupuku untuk nonton malam ini, sepertinya batal lagi nih…huffttt…" seorang gadis berbisik pada temannya saat melintas di pintu keluar ruang latihan sambil menyeka keringat di dahinya,
"Iya nih, pasti ada apa-apanya, apapun itu seharusnya tidak mempengaruhi aktingnya kalau dia serius ingin menjadi Bidadari Merah." Kasak-kusuk terus berlanjut sampai mereka menghilang dari koridor, dan pria itu dapat mendengarnya dengan jelas dari tempatnya berdiri. "Maya..." bisiknya dalam hati.

2 komentar:

  1. Sist, ditunggu sekali apdetnya y..
    penasaran dg If I told U 5,
    good story!
    thanks

    BalasHapus
  2. Hi Yoo yg baek ^^
    Maaf baru balas komen sekarang,
    Makasih banget udah mampir, baca, komen, dan mau nungguin apdetnya pula *wooohooo yeayyy ^^v

    BalasHapus