Chapter 6 |
Masumi menyesap minumannya perlahan dan memandang ke luar jendela. Gerimis mulai turun lagi setelah sempat reda, Ia berdiri di sana memandangi butiran air yang jatuh membasahi bumi. Ada yang salah.. tidak seharusnya dia merasa sehampa ini, bukankah dia sudah mengambil keputusan akan meninggalkannya, memendam hasrat untuk bersamanya dan melepas kebahagiaan itu untuk selamanya. Aneh.. Seharusnya dia tidak perlu segamang ini. Tapi apa yang dia lakukan tadi benar-benar menyakiti gadis itu bahkan dia sendiri bisa merasakan perih saat pedang itu menyayat hatinya pada salah satu sisi dan hati gadis itu disisi satunya.
"Maya..maafkan aku..ini yang terbaik buatmu, kuharap.." desahnya
"Bagaimana anda tahu kalau ini yang terbaik untuk Maya?" Suara tegas wanita itu menyadarkannya dari lamunan.
"Sudah
berapa kali aku bilang?? Ketuk pintu dulu sebelum masuk ruanganku Mizuki!"
teriaknya jengkel, dia tidak suka orang lain melihatnya melamun, tapi entah
sudah berapa kali Mizuki memergokinya seperti ini.
"Saya sudah mengetuk, bahkan bisa dibilang menggedor, tapi tidak ada sahutan dari dalam" Mizuki mengamati sang atasan dari balik kacamatanya,
"Jadi
saya berinisiatif untuk masuk, saya khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada
anda" imbuhnya. Masumi
tampak gusar, dia selalu saja kalah dari sekretarisnya ini, "Jadi apa
jawaban anda?" Mizuki masih menunggu.
"Kau kesini hanya ingin menanyakan itu saja, huh?!" Masumi menyalakan rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam, menikmati sensasi wangi tembakau yang baru dibakar.
"Tadinya
saya ingin pamit pulang dan menyerahkan beberapa dokumen untuk meeting besok"
seraya meletakkan dokumen diatas meja "Sepertinya lampu itu sudah berubah
jadi hijau, apakah anda tidak menyadarinya?" lanjutnya pelan.
Masumi terbelalak "Deggg!! Tidak mungkin!" batinnya. "Kau ini selalu saja sok tahu Mizuki" balasnya sambil tersenyum samar, menolak untuk percaya dengan ucapan sekretarisnya yang handal itu.
"Sampai kapan anda akan berpura-pura tidak menyadarinya? Membohongi Maya dan diri anda sendiri? Bahkan orang buta pun tahu bahwa gadis itu mencintai anda.." Mizuki menatap lurus kearah bosnya dan menambahkan dalam hatinya, "Kumohon Pak Masumi akuilah semua ini dan ungkapkan semua pada Maya apa yang anda rasakan, sebelum semuanya terlambat."
"Entahlah Mizuki..aku tahu akan gagal jadi untuk apa aku mencobanya?" pria gagah itu untuk pertama kalinya tampak tidak berdaya dihadapan sekretarisnya, sudah kepalang basah sekalian saja curhat pikirnya, toh sekretarisnya ini sudah dia anggap seperti bagian dari keluarganya sendiri.
Mizuki yang mendengar penuturan bosnya itu tersentak, ingin sekali dia tidak mempercayainya tapi dia mendengar semuanya sendiri, rasanya seperti bukan Masumi Hayami yang dia kenal selama ini.
"Mungkin apa yang kau bilang benar, bahwa lampu itu tidak selamanya merah, tapi... apakah semua itu masih ada artinya? Terlambat Mizuki.." Pria itu bergerak membelakangi sang sekretaris masih dengan rokok di tangannya "Tolong tutup lagi pintunya sebelum kau pulang" tambahnya pelan.
"Pak
Masumi...semudah itukah anda menyerah?" wanita itu masih ingin mencoba
berdebat, "Kumohon Mizuki...pulanglah.." sahut Masumi tanpa
mengalihkan pandangannya dari jendela. Mau tidak mau wanita itupun mengalah dan menelan semua kata-kata yang sudah
sampai di ujung lidahnya kembali, menjejalkannya kedalam kerongkongannya, dan
memaksanya masuk kedalam lambungnya dan tak ayal dia pun diserbu rasa mual yang
mengaduk-aduk perutnya.
> Beberapa hari kemudian di apartemen Maya
> Beberapa hari kemudian di apartemen Maya
Hujan
sudah berhenti beberapa saat yang lalu, menyisakan aroma daun dan ranting
basah, cahaya bulan menerangi bumi menggantikan si awan hitam. Sepasang mata
indah tampak bergerak pelan menyapu dinding dalam keremangan cahaya "Ohh..
Sudah lewat tengah malam, sepertinya aku ketiduran tadi" Maya mengerakkan
badannya dalam selimut, pasti Rei yang menyelimutinya karena dia tidak ingat
kapan memakainya, diliriknya sosok jangkung yang sudah terlelap
disampingnya "Terima kasih Rei" bisiknya dalam hati.
Pikirannya kembali pada kejadian tadi sore sebelum dia pulang "Maya, ikut aku sebentar!” Pak Kuronuma memberi isyarat dengan sedikit memiringkan kepalanya kearah jalan, dan tanpa menunggu jawaban apapun beliau menyusuri jalan kecil disamping gedung tempat mereka latihan. Maya bertanya dalam hati mau kemana gerangan, tapi dia hanya mengekor dengan berlari kecil. Diujung jalan itu mereka berhenti, disana tampak ada minimarket yang didepannya terdapat mesin penjual minuman kaleng dan beberapa sepeda yang berjejer rapi. Disampingnya ada toko buah yang memajang dagangannya pada sebuah kotak kayu yang diberi jerami kering, tumpukan kardus menjulang tinggi disamping toko. Selain itu hanya tampak rumah-rumah biasa, Maya tampak bingung mau kemana sebenarnya mereka, apa mungkin Pak Kuronuma mau mengajaknya belanja? Tidak mungkin.. atau beli buah? Lebih tidak mungkin lagi pikirnya.
Pikirannya kembali pada kejadian tadi sore sebelum dia pulang "Maya, ikut aku sebentar!” Pak Kuronuma memberi isyarat dengan sedikit memiringkan kepalanya kearah jalan, dan tanpa menunggu jawaban apapun beliau menyusuri jalan kecil disamping gedung tempat mereka latihan. Maya bertanya dalam hati mau kemana gerangan, tapi dia hanya mengekor dengan berlari kecil. Diujung jalan itu mereka berhenti, disana tampak ada minimarket yang didepannya terdapat mesin penjual minuman kaleng dan beberapa sepeda yang berjejer rapi. Disampingnya ada toko buah yang memajang dagangannya pada sebuah kotak kayu yang diberi jerami kering, tumpukan kardus menjulang tinggi disamping toko. Selain itu hanya tampak rumah-rumah biasa, Maya tampak bingung mau kemana sebenarnya mereka, apa mungkin Pak Kuronuma mau mengajaknya belanja? Tidak mungkin.. atau beli buah? Lebih tidak mungkin lagi pikirnya.
“Ayo
Maya, jangan bengong terus!” hardik Pak Kuronuma,
“Eh..iya
Pak..” Maya mempercepat langkahnya,
Pak
Kuronuma membawa mereka ke sebuah bangunan dari kayu yang terletak dibelakang
toko buah, ternyata disamping toko buah itu ada sebuah jalan kecil,
keberadaannya tertutup oleh tumpukan kardus buah yang disusun rapi. Siapapun
akan terkecoh kalau tidak jeli melihatnya, tapi sepertinya Pak Kuronuma sangat
mengenal tempat ini.
Pak
Kuronuma membuka pintu yg diatasnya ada semacam tirai kecil berwarna biru
bertuliskan ucapan selamat datang di Yoshida Ramen, mereka berdua memilih kursi tinggi seperti
di bar yang menyatu dengan meja sekaligus dapur mini, dari situ mereka bisa
melihat aksi sang chef meracik pesanan para tamu. "Selamat datang!"
sapa sang chef dengan senyum mengembang "Mau pesan apa?" tambahnya
masih dengan tersenyum.
“Mmm..saya pesan Tonkotsu shoyu ramen dan ocha” Maya tersenyum sambil mencoba mencari posisi duduk yang lebih nyaman. “Aku seperti yang biasa ya” kata Pak Kuronuma, chef itu pun mengangguk dan segera beraksi meracik pesanan mereka berdua. “Anda sering kesini?” Maya tidak dapat menyembunyikan rasa penasarannya, “Iya aku selalu makan disini kalau harus menginap di tempat latihan” sahut Pak Kuronuma. Maya mengangguk sambil melihat sekelilingnya, ada beberapa tamu lain yang sedang asyik mengobrol dengan mangkuk ramen yang tinggal separuh isinya. Diujung deretan dia duduk ada sepasang anak muda yang sepertinya sedang bertengkar karena ramen mereka hampir tidak tersentuh.
“Maya,
Bidadari Merahmu masih belum dapat chemistry-nya, kau punya penjelasan yang
tepat untukku?” Pertanyaan Pak Kuronuma yang tiba-tiba membuatnya gelagapan, “Sa..saya sedang berusaha mendapatkannya..”
sahutnya pelan,
“Apakah
ini ada hubungannya dengan kejadian terakhir ditempat latihan?” tanya Pak
Kuronuma tanpa basa-basi. Wajah Maya memerah saga, dia hanya mampu menunduk
sambil memainkan kakinya.
Sesaat
pembicaraan mereka terhenti ketika pesanan mereka datang, “Kau sudah aku anggap
seperti anakku sendiri, jadi jangan pernah sungkan kalau ada yang ingin kau
tanyakan, kau tahu itu kan?” Beliau menatap Maya seperti seorang ayah kepada
putri mungilnya. Maya terharu mendengarnya, dia lupa kalau selama ini sebatang
kara, semua itu karena orang-orang disekelilingnya begitu baik dan sayang
kepadanya.
“Te..teri..terima
kasih” sahutnya terbata sambil tersenyum bahagia menahan supaya air matanya
tidak jatuh.
Mereka
menghabiskan makanan dalam diam, sibuk dengan pikiran masing-masing, Maya
bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang baik dalam hidupnya, bahkan Pak
Kuronuma yang terkenal keras dan tanpa basa-basi ternyata begitu perhatian
kepadanya, tapi bagaimana mungkin dia akan membicarakan masalah ini
dengannya.. “Mmm..saya sedih karena Pak
Masumi akan segera menikah dengan nona Shiori...seharusnya saya bahagia untuk
mereka...tapi..entahlah...saya rasa...saya jatuh cinta dengan Pak Masumi” Maya
menelan ludah membayangkan dirinya menumpahkan segala beban pikirannya kepada
Pak Kuronuma dan wajahnya pun kembali memerah.
“Cinta
itu biasa, prosesnya yang luar biasa” Pria
nyentrik itu tahu bahwa Maya masih segan untuk membicarakan masalah pribadi
dengannya,
“Cinta datang disaat yang tak terduga, kau baru akan menyadarinya
setelah dia akan pergi dari hidupmu” Pak Kuronuma menghabiskan sake hangatnya
dalam sekali teguk sebelum melanjutkan wejangannya,
“Ketika kau sadar bahwa dia
bukan untukmu, cara terbaik untuk
melewati semua episode ini adalah belajar untuk merelakannya.”
Maya
terpaku mendengar penuturan pria paruh baya itu,
“Percayalah
Maya, merelakan bukan berarti kau harus berhenti mencintainya, tapi karena kau yakin
bahwa dia selalu ada dihati walaupun tahu dia tak akan kembali,mungkin ini
yang terbaik untuk kalian berdua” lanjutnya,
Maya
tidak tahu harus berkata apa, Pak Kuronuma tahu semuanya “Apakah aku
setransparan itu? Atau jangan-jangan beliau bisa membaca pikiranku?”
batin Maya mulai ngaco.
"Kalau kau bisa melewati tahap ini, Bidadari Merahmu pun pasti sempurna!" Kata-kata Pak Kuronuma terngiang terus di benak Maya, "Merelakannya..Akoya pun rela mengorbankan cintanya, jiwa dan raganya demi alam semesta.." Maya menghembuskan nafasnya "Merelakan Pak Masumi?" seraya terbangun tiba-tiba "Aduhhh..kenapa sih aku ini? Ughhhh... pergi kau dari otakku!!!" teriaknya frustasi sambil menarik rambutnya sampai berantakan.
"Maya!!! Ada apa?!" Rei
terperanjat demi mendengar Maya berteriak tiba-tiba.
"Mmaa..maaf Rei.."
Sahutnya pelan
"Mimpi buruk?" tanya
Rei sambil mengucek mata
"Iya, maaf kau jadi
terbangun.." jawabnya sambil nyengir kuda
"Dasar kau ini! bikin kaget
aja... Aku pikir tadi ada maling." tak ayal bantal pun melayang
menimpa muka Maya, "Reeiiii!!!! Awas kau ya..!!" ancam Maya.
Mereka berdua pun perang bantal
di pagi buta dan baru berhenti setelah si induk semang menggedor pintu
apartemen, keduanya terkekeh.
Maya menghela nafasnya, perasaannya sedikit tenang bisa tertawa lepas tanpa beban, "Apa yang aku lakukan? Meratapi nasib seolah dunia ini runtuh, padahal aku punya sahabat yang begitu baik seperti Rei..Kalau seperti ini terus, lama-lama aku bisa gila. Aku harus tahu diri, sekuat apapun mengejarnya tidak akan pernah sampai, aku harus berdamai dengan keadaan ini, dan kembali fokus dengan Bidadari Merah."
Maya menghela nafasnya, perasaannya sedikit tenang bisa tertawa lepas tanpa beban, "Apa yang aku lakukan? Meratapi nasib seolah dunia ini runtuh, padahal aku punya sahabat yang begitu baik seperti Rei..Kalau seperti ini terus, lama-lama aku bisa gila. Aku harus tahu diri, sekuat apapun mengejarnya tidak akan pernah sampai, aku harus berdamai dengan keadaan ini, dan kembali fokus dengan Bidadari Merah."
Pak Kuronuma benar cinta itu tidak harus memiliki, biarlah rasa ini aku jaga dalam hati, selama masih ada mawar ungu aku pasti bisa melewati semua ini, aku pasti bisa! Mawar ungu dihatiku tak akan pernah layu.
Maya tersentak "Ini
dia! Ini...perasaan Akoya yang sesungguhnya, merelakan.. cinta tanpa syarat,
mencintai tanpa mengharap untuk memiliki, mencintai karena bahagia bisa
mencintainya...Akoya....ini Akoyaku...aku bisa!" dipeluknya dirinya
sendiri, takjub dengan perasaan yang menyelimuti seluruh tubuhnya, dan dia pun
menangis lega.
Aku harus menjadi Bidadari Merah yang sempurna, karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya, satu-satunya jalan yang menghubungkan kami, aku tidak boleh mengecewakannya. "Pak Masumi...mawar unguku.."
Aku harus menjadi Bidadari Merah yang sempurna, karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuknya, satu-satunya jalan yang menghubungkan kami, aku tidak boleh mengecewakannya. "Pak Masumi...mawar unguku.."
Maya memejamkan mata dengan seulas senyum menghias wajahnya, beban beratnya telah menguap tanpa bekas berganti dengan rasa damai yang membuatnya bahagia, bahagia karena bisa mencintai seorang Masumi Hayami.
> Kediaman Takamiya
"Bagaimana dokter apakah
sudah ada kabar mengenai donor untuk transplantasi sumsum tulang belakang yang cocok?" Nyonya
rumah itu bertanya dengan nada cemas.
"Kami masih menunggu hasil
tes, semoga kali ini cocok, tapi kalaupun cocok untuk proses transplantasinya
kita harus menunggu kondisi nona Shiori benar-benar prima." Pagi itu dokter berkunjung ke
kediaman Takamiya untuk pemeriksaan rutin,
"Perlu nyonya ketahui bahwa
kemungkinan sembuh setelah proses transplantasi ini sekitar 70-80%." imbuhnya,
Wanita itu menahan nafas mendengar penuturan sang dokter, tapi ini adalah jalan
terakhir untuk mengobati anak semata wayangnya.
"Jangan khawatir, kami
akan melakukan yang terbaik untuk Nona Shiori" Dokter itu tersenyum
menenangkan.
Mereka tidak menyadari bahwa Shiori mendengar semuanya, "Transplantasi sumsum tulang belakang? Ya Tuhan..." Shiori merasa terpukul,dan tubuhnya pun limbung...
"Nona Shioriii... Bertahanlah!!!"
Really like this. Can't wait for the next "If i told you.."
BalasHapusThank you for reading dear ^^
Hapuswish it will be finished soon ...
masih terus berharap happy ending buat MM....n berharap buat diupdate terus...hehehe...keep writing Nochan :D
BalasHapussiappppppp ^^v
Hapusmakasih buanyakkk dear ....
nice.. awesome dramas.. wait 4 next chapter..
BalasHapuskeep move bro..
berharap ad yg bkin graphic nopelnya :-D
thank you for reading brader :)
Hapusapa shiory terkena kanker darah,,, semoga aja masumi ga jadi nikah sm shiori,,,dan akhirnya mengatakan perasaannya pada maya,,, i wish it will be happy ending
BalasHapusDilanjuuttt,,,
Mutia na rival
Aamiin...makasih udah mampir dan baca sist Mutia :) kita semua berharap yg terbaik bwat MM ^^v
Hapussist, trims apdetny
BalasHapusmasumi jgn tlalu pesimis dong, biar aja shiomay mati, g usah dperhatiin ntr malah nglunjak minta nikah
#happy ending MM ya
aku yang makasih byk dear ^^
HapusMasumi galau nih hehe...
Makasih buanyak sist Xiaolong li udah baca :)
masumi biarkan aja shiori ,kejar kebahagianmu dgn maya
BalasHapusiya tinggalin aja Shiori :p hehe..
HapusMakasih buanyak sist Mia ...
like it Nochan...:)
BalasHapusthanks 4 update
wahhhh...thank you so much sist Nida udah sempetin baca.. *jejingkrakan ^^
HapusVery love it Nochan, i can't wait for the next chapter.
BalasHapusOhh dear... you make me blush *kyaaa...
Hapusnext chapter already done by the way..enjoy it please..
thank you ^^
hai sista..salam kenal..
BalasHapusit's a nice story..can't wait for the next update..
i'll be waiting yach..